Selasa, 15 Januari 2013

Compliance

Sebenarnya saya tidak ingin terlalu sering menulis tentang film, karena itu berarti saya harus lebih sering menonton film. Akhir-akhir ini saya sudah berhasil mengendalikan nafsu saya untuk menonton film sehingga saya hanya menonton di akhir pekan. Umumnya saya sempat menonton 1 (satu) film per pekan; atau 2, atau 3, atau .... Anyway, kali ini saya akan menulis tentang Compliance.

**

Saya selalu tertarik untuk menonton film yang inspired by true events. Film-film sejenis ini seolah-olah membawa realita dari dunia lain ke hadapan saya dan pada umumnya mampu memperluas wawasan saya; Compliance ini adalah salah satunya. Tema prank call yang diangkat dalam film ini jelas meningkatkan minat saya untuk menonton.

Tidak lama sebelum saya mengetahui keberadaan film ini, saya sempat membaca berita tentang kematian seorang perawat bernama Jachinta Saldanha --entah bagaimana pengucapan nama ini. Jachinta Saldanha ditemukan meninggal karena bunuh diri dan kematiannya dikaitkan dengan sebuah prank call yang dilakukan oleh penyiar radio --sepertinya mirip program Salah Sambung GenFM atau Tawaran Ngaco JakFM. Tidak pernah terbayang di benak saya ada prank call yang berujung pada kematian.

Bagaimana dengan Compliance? Cerita di Compliance memang tidak berujung pada kematian. Lebih parah lagi, prank call yang diceritakan di film ini justru berujung pada *uhuk* pelecehan seksual --worse than death, I assume. Film Compliance bercerita tentang telepon dari seorang polisi kepada manajer restoran fast food. Polisi ini mengatakan kepada manajer restoran tersebut bahwa salah seorang pegawainya, seorang gadis (remaja) yang bekerja sebagai kasir, dilaporkan mencuri dompet salah satu pelanggan. Dan ceritanya pun dimulai!

Si Kasir ini pun dipanggil, ditelanjangi (literally), digeledah, dan, setelah berjam-jam menderita, dipaksa melakukan oral sex. Bagaimana mungkin? Justru proses ke arah itu yang membuat Compliance ini menarik untuk ditonton. Walaupun ceritanya terbilang lambat (dan sering membuat saya geregetan), Compliance tetap berhasil menjaga minat saya sampai akhir film.

Compliance, seperti judulnya, memang bercerita tentang kepatuhan; tepatnya kepatuhan yang konyol. Rangkaian peristiwa bodoh dan tragis yang terjadi di dalam film ini terjadi karena adanya sekelompok orang yang patuh terhadap aturan tanpa mau berpikir logis. Sepanjang film ini saya gemas dengan kelakuan-kelakuan yang tidak masuk akal dari karakter-karakternya. Dan yang lebih mengenaskan lagi adalah sebagian besar insiden yang terjadi di dalam film Compliance ini, termasuk insiden oral sex, benar-benar terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.