Minggu, 02 Februari 2014

Ulasan Terakhir

Ratings*
Sama seperti Islam Awam dan Bicara Pajak, Review Film ini pun menemui penghujung hidupnya. Mengingat waktu saya mulai terbatas, saya memutuskan untuk berhenti mengulas berbagai film yang sudah saya tonton di blog ini. Kalaupun saya memiliki waktu luang untuk menulis, sepertinya akan saya curahkan untuk menulis di Another Story, Teknokrasi, atau Bagaimana Cara.

Minat saya untuk menonton film sebenarnya masih ada. Bahkan blog ini pun sebenarnya merupakan salah satu bentuk pengejawantahan minat saya terhadap film. Saya sengaja membuat blog ini sebagai pernyataan keseriusan saya untuk terus mengulas film-film yang sudah saya tonton. Keinginan untuk terus menulis ulasan film pun sebenarnya masih ada, tapi waktu yang terbatas memang sulit untuk diakali.

Melihat ke belakang, minat saya terhadap film ini sudah ada sejak saya duduk di bangku SD. Saat itu film yang bisa saya tonton memang terbatas karena saya mengandalkan Laser Disc yang disewa oleh kakak saya. Salah satu film yang saya tonton saat itu adalah film yang dilakoni Steven Seagal, tapi saya lupa judul filmnya. Lewat film itu, Steven Seagal berhasil membuat saya kagum pada seni bela diri Aikido.

Selepas SD, pasokan Laser Disc sewaan pun berhenti. Bioskop tidak pernah menjadi pilihan saya untuk menonton karena memang keluarga saya bukan pelanggan bioskop. Jadi pilihan saya untuk menonton film terbatas pada film-film yang tersedia di saluran televisi lokal. Pilihannya memang terbatas, sehingga minat saya terhadap film tidak berkembang.

Melompat langsung beberapa tahun ke depan, minat saya terhadap film kembali muncul saat saya mulai mengenal dunia film bajakan di masa kuliah. Harus saya akui, kalau saya tidak tahu-menahu tentang film-film bajakan, kemungkinan besar saya tidak akan pernah menjadi penggemar film. Pasokan utama dalam memenuhi keinginan saya untuk menonton film pun jatuh pada film-film bajakan.

Terlepas dari itu, film memang menjadi salah satu sumber inspirasi saya. Ironis, memang. Namun pada kenyataannya memang ada banyak nilai-nilai positif yang saya dapatkan lewat menonton film. Selain berfungsi sebagai sumber inspirasi, film pun memberikan saya kesempatan untuk bertualang ke berbagai dunia lain di luar hidup saya sehari-hari. Ada banyak hal baru yang bisa saya lihat lewat film; hal-hal baru yang rasanya sulit saya temui dalam hidup saya sendiri.

Faktor "petualangan" ini yang membuat saya mau menonton film apapun. Rangkaian ulasan tentang film Fight Club, franchise Saw, The Taqwacores, The Message, Up, Coraline, Ocean Heaven, dan berbagai film lainnya menjadi bukti bahwa saya tidak pernah membatasi jenis film yang saya tonton. Apa pun genrenya, siapa pun aktornya, dari mana pun asal negara pembuatnya, tidak menjadi masalah. Petualangan memang sudah sepantasnya tidak dibatasi bukan? Begitu juga dengan pilihan film yang saya tonton.

Faktor utama yang saya perhatikan dari sebuah film adalah plotnya. Selama plotnya menarik, apalagi bila temanya benar-benar baru, film itu kemungkinan besar akan menjadi tontonan pilihan saya. Film yang membawakan tema-tema yang lama pun tetap menarik bila film itu berhasil menyuguhkan plot twist yang tidak terduga. Jadi siapa pun aktornya, sekeren apa pun efek spesialnya, secanggih apa pun teknologi computer graphic-nya, film itu akan menjadi film yang biasa saja di mata saya bila alur ceritanya mudah ditebak.

Walaupun begitu, tidak semua film bisa saya lahap. Batas saya biasanya ada pada film-film yang menampilkan isi perut yang keluar. Bila saya sudah merasa mual, stop! Dalam kondisi seperti ini, perut saya memang tidak mengenal kompromi. Bila saya menghadapi kondisi seperti ini saat menonton sebuah film, saya biasanya mengalah kepada perut dan memutuskan untuk tidak meneruskan menonton film itu sama sekali.

Masih banyak lagi hal yang bisa saya ceritakan, tapi "ulasan terakhir" ini sudah menjadi terlalu panjang. Sudah waktunya bagi saya untuk mengakhiri ulasan ini. Blog ini pun bergabung bersama Bicara Pajak dan Islam Awam untuk menjadi trio blog berumur pendek yang pernah saya kelola; tapi tidak saya hapus. Sebenarnya masih banyak film-film lain yang ingin saya ulas seperti Trollhunter atau Brave, tapi sepertinya keinginan ini perlu saya pendam dulu untuk sementara; atau selamanya.

--
*Gambar ditemukan lewat Google Image Search

Senin, 14 Oktober 2013

World War Z

Tidak banyak film bertema zombie yang pernah saya tonton karena saya merasa film-film seperti ini sudah terlalu repetitif. Yang diceritakan dalam sebuah film tentang zombie ini biasanya tentang sekelompok orang yang berusaha melarikan diri dari kejaran zombie. Inti dari film-film seperti ini pada akhirnya hanya masalah bertahan hidup. Walaupun begitu, masih ada satu hal yang bisa membuat saya tertarik untuk menonton film bertema zombie, yaitu wabah. Faktor "wabah" ini yang membuat film 28 Days Later dan 28 Weeks Later memberikan kesan yang mendalam pada diri saya.

Kemudian World War Z pun hadir. Umat manusia lagi-lagi di ambang kebinasaan akibat sebuah wabah penyakit sejenis rabies yang membunuh para manusia dan merubah korbannya menjadi binatang buas. It's happening and it's happening in every corner of the world. Tanpa banyak basa-basi, film ini langsung mengajak penontonnya ke jalur cepat seiring dengan runtuhnya kota-kota besar di seluruh dunia akibat serangan zombie.

Seluruh dunia? Ya, seluruh dunia. Seiring waktu, kita diajak berkeliling bersama Gerry Lane untuk "mengunjungi" kota-kota di berbagai negara yang sudah mati karena serangan zombie. Gerry harus pindah dari satu kota ke kota yang lain di dunia ini untuk mencari tahu penyebab wabah ini dan menemukan cara untuk mengatasinya. Harapan untuk menemukan jawaban senantiasa datang dan pergi seiring berpindahnya Gerry dari satu kota ke kota yang lain. Hal ini yang membuat cerita di World War Z menjadi menarik.

Selain itu, World War Z juga punya sisi keaslian yang tidak kalah menariknya. Sisi keaslian ini ada pada solusi yang ditemukan oleh Gerry Lane. Apa yang Gerry temukan? Saya serahkan pada Anda untuk mengetahuinya sendiri. Satu hal yang pasti, Gerry bukan menemukan sesuatu yang dapat langsung mengakhiri wabah zombie ini. Gerry justru menemukan sesuatu yang dapat mempersiapkan umat manusia untuk memerangi para zombie. Seperti halnya yang Gerry katakan setelah penemuan itu: "Our war has just begun."

Menarik, bukan? Buat saya film ini menarik. World War Z tidak hanya menyuguhkan aksi yang seru dan menegangkan, tapi juga memiliki cerita yang menarik untuk diikuti. Film ini berhasil menghidupkan kembali minat saya untuk menonton film-film bertema zombie, walaupun kemungkinan besar film bertema zombie yang akan saya tonton berikutnya hanyalah sequel dari film ini.