Minggu, 24 Februari 2013

Robot & Frank

Setiap orang bisa bermimpi untuk memiliki robot sebagai asisten pribadi atau pembantu rumah tangga. Di dalam film Robot & Frank, mimpi itu dibuat menjadi kenyataan. Frank adalah pria lanjut usia yang sudah mulai pikun. Dia hidup jauh dari pusat kota sehingga menyulitkan anak-anaknya untuk datang dan mengurus dia. Istrinya pun sudah pergi meninggalkannya. Frank sebenarnya sudah kesulitan mengurus hidupnya sendiri. Hingga suatu hari, anak laki-lakinya, Hunter, memutuskan untuk membeli sebuah robot untuk membantu mengurus ayahnya.

Frank, yang merasa hidupnya baik-baik saja, awalnya menolak kehadiran si Robot. Bagi Frank, robot ini tidak melakukan apa pun selain merusak hidupnya; terutama karena robot ini diprogram untuk mengatur pola hidup sehat untuk Frank. Frank yang awalnya hanya sarapan sereal pun harus siap makan sayur dan buah setiap pagi. Si Robot bahkan mengatur jadwal olah raga dan kegiatan-kegiatan positif yang dapat membantu Frank untuk tetap fokus sehingga pikunnya tidak bertambah parah. Intinya hidup Frank benar-benar dibuat jungkir balik oleh si Robot; in a good way, though.

Walaupun begitu, Frank akhirnya mengalah dan menerima kehadiran si Robot. Kenapa? Karena ternyata si Robot ini bisa diajarkan untuk membobol kunci. Frank, yang memang mantan pencuri kelas kakap, seperti menemukan kembali tujuan hidupnya yang hilang. Frank mulai beranggapan bahwa si Robot ini bisa menjadi rekan pencuri yang handal. Frank mulai mempertanyakan bagaimana sikap si Robot tentang kejujuran, kepercayaan, dan pencurian. Sampai akhirnya Frank yakin bahwa si Robot ini bisa dia libatkan dalam aksi pencurian kecil-kecilan. Dalam aksi pertamanya, Frank mengajak si Robot membobol sebuah perpustakaan lokal untuk mencuri buku Don Quixote.

Persahabatan antara Frank dan si Robot pun mulai terbentuk. Hidup Frank yang monoton dan gitu-gitu aja berubah menjadi menarik. Frank kembali menemukan gairah dalam hidupnya. Frank akhirnya menemukan sebuah tujuan hidup yang ingin dia capai sepenuh hati. Frank pun sadar bahwa semua perubahan positif dalam hidupnya ini terjadi berkat kehadiran si Robot dalam hidupnya. Robot yang sebelumnya ingin dia singkirkan itu berubah menjadi robot yang ingin dia pertahankan selama hidupnya.

Masih banyak hal-hal menarik lain yang bisa diceritakan dalam Robot & Frank, tapi saya sudah berjanji untuk tidak menulis review film lebih dari 5 (lima) paragraf. Yang pasti, film ini adalah film drama keluarga yang unik. Persahabatan antara Frank dan si Robot ini begitu menyentuh hati, tapi pada saat yang sama bisa begitu menegangkan dan asyik untuk diikuti dengan aksi-aksi pencurian yang mereka rencanakan dan lakukan. It is a movie worth 89 minutes of your time.

Rabu, 20 Februari 2013

Pesan Terselubung dalam Film

Film itu memiliki pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi pola pikir dan budaya masyarakat. Siapa pun (yang memiliki modal) dapat menyampaikan pesan-pesannya lewat film. Pesan-pesan yang disampaikan lewat film itu seringkali disampaikan secara terselubung; kontras dengan, misalnya, iklan. Pesan-pesan terselubung ini punya kekuatan pengaruh tersendiri dan penonton bisa jadi menyetujui pesan-pesan ini tanpa mereka sadari.

Rokok adalah contoh yang paling kongkrit. Kampanye paling mudah agar orang-orang menerima rokok adalah dengan membuat para aktor/aktris utama merokok. Penonton yang "kagum" dengan para aktor/aktris utama tersebut secara tidak langsung akan (secara perlahan-lahan) mengakui bahwa merokok itu tidak masalah atau bahkan keren. Pada dasarnya memang image itu yang ingin disampaikan oleh industri rokok, yaitu bahwa merokok itu keren. Dengan begitu mungkin saja orang yang tadinya anti rokok sekalipun akan menerima nilai positif dari rokok setelah beberapa kali melihat film dengan aktor utama yang merokok.

Industri rokok tentu saja bukan satu-satunya pihak yang memanfaatkan kekuatan pengaruh film ini karena pada dasarnya semua jenis isu bisa disampaikan lewat film. Google saja sudah beberapa kali "muncul" dan menjadi bagian dari cerita dalam film, walaupun "perannya" kecil. Contohnya dalam film The Smurf pada adegan saat aktor utamanya googling untuk mencari informasi tentang kemunculan bulan biru (atau informasi tentang makhluk Smurf itu sendiri ya?). Produk elektronik seperti smartphone pun sudah pasti muncul dalam film sebagai bagian "tak terpisahkan" dari kehidupan karakter-karakternya. Belum lagi produsen-produsen kendaraan dengan mobil mewah mereka yang berseliweran di dalam film-film aksi.

Pesan-pesan terselubung yang disampaikan lewat film pun tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat komersil saja. Banyak sekali isu-isu sosial yang juga disampaikan lewat film. Bedanya adalah untuk isu-isu sosial seperti ini pesan-pesannya kadang disampaikan secara gamblang. Jenis film dokumenter adalah salah satu contoh film yang menyampaikan pesan-pesannya secara gamblang; termasuk film-film yang inspired by or based on true events.

Walaupun begitu, pesan-pesan terselubung ini masih menjadi mayoritas. Di dalam film-film aksi, bisa jadi ada pesan terselubung untuk melestarikan lingkungan hidup. Di dalam film-film remaja, bisa jadi ada pesan terselubung untuk melestarikan pergaulan bebas (atau bahkan seks bebas). Di dalam film-film drama, bisa jadi ada pesan terselubung untuk memberikan dukungan kepada komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender). Dan masih banyak lagi pesan-pesan terselubung yang masuk ke dalam pikiran kita tanpa kita sadari (karena toh tema filmnya sendiri berbeda). Kalau kita tidak ingin pola pikir dan budaya kita terpengaruh oleh film, maka kita perlu lebih kritis dan tidak menerima begitu saja cerita fiksi yang didramatisir oleh para pembuat film.

Minggu, 17 Februari 2013

Wreck-it Ralph

Film animasi ketiga yang akan saya bahas di blog ini adalah Wreck-it Ralph. Sejak awal saya tahu mengenai Wreck-it Ralph, saya langsung tambahkan film ini ke dalam wishlist saya. Siapa yang tidak suka film animasi yang bercerita tentang karakter jahat di sebuah game yang ingin berubah menjadi karakter baik? Yang pasti, saya suka.

Seperti yang saya bayangkan, Wreck-it Ralph menceritakan suatu dunia tersendiri yang berisi karakter-karakter game dengan balada kehidupan mereka masing-masing. Dunia ini ada di balik sebuah pusat game seperti Time Zone atau, untuk mereka yang [uhuk] lebih berumur [uhuk], tempat main ding-dong. Bayangkan semua karakter game di pusat game itu berkumpul, bercengkerama, bergaul, dan melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan sepulang kerja; dimulai saat pusat game itu tutup. It's like a combination of Toy Story 3 and Monsters, Inc. Seru? Buat saya, seru dan nostalgic.

Paling tidak perasaan seperti itu yang saya rasakan di awal film ini. Seiring waktu, cerita pun mulai fokus pada Ralph, karakter jahat di game Fix-it Felix Jr., yang bertekad untuk menjadi karakter baik. Ceritanya pun bergulir dengan pola yang cukup mudah ditebak. Awalnya diisi dengan cerita yang ringan; Ralph seolah-olah bisa segera mendapatkan impiannya. Kemudian saat segala sesuatu berjalan mulus bagi Ralph, masalah pun mulai bermunculan; satu demi satu. But I'll spare you the details.

Di dalam petualangannya itulah Ralph menemukan banyak hal baru; termasuk bertemu dengan gadis cilik imut yang nyolot bin nyebelin bernama Vanellope von Something. Seperti yang bisa kita duga, pertemuan dengan Vanellope ini merupakan awal perubahan sikap Ralph. Ralph yang tadinya begitu bersemangat (baca: memaksa) untuk diakui sebagai karakter baik, perlahan mulai melunak dan menyadari ada yang lebih penting daripada menjadi karakter baik di dalam sebuah game, yaitu berusaha menerima dirinya apa adanya.

Moral value di film ini memang cukup dalam. Bisa dibayangkan betapa mendalamnya kesan yang diberikan Ralph saat dia akhirnya bisa menegaskan pada dirinya bahwa "I am bad, and that's good.... I will never be good, and that's not bad.... There's no one I'd rather be than me." saat dia mengorbankan diri dengan meluncur bebas dari langit ke sebuah "gunung berapi" demi menyelamatkan dunia game itu dari kehancuran. Di balik itu pun masih ada nilai-nilai positif  lainnya seperti efek buruk rasa iri dan keegoisan, pentingnya bergerak meninggalkan masa lalu yang kelam, bagaimana menghargai orang lain terlepas dari apa pun "profesi" orang itu, dan berbagai pesan moral lainnya. Walaupun begitu, film ini masih tetap seru untuk dinikmati apa adanya (baca: tanpa perlu memikirkan pesan moral apa pun).

PS:
Satu-satunya hal yang saya sayangkan dari film ini adalah kemunculan karakter-karakter game lain seperti Sonic the Hedgehog atau Ryu (Street Fighter) hanya sekilas dan tidak mempengaruhi plot sama sekali.

Jumat, 08 Februari 2013

Cloud Atlas

Kembali lagi ke film dengan tema yang serius bin berat. Kali ini saya ingin membahas tentang Cloud Atlas. Film ini bercerita tentang kehidupan manusia dengan rentang waktu yang saaangat panjang. Plot film ini mulai dari abad 19 hingga nun jauh di masa depan. Jadi kita harus maklum kalau durasi film ini hampir mencapai 3 (tiga) jam.

Film ini membawa pesan moral yang sangat dalam. Sebegitu dalamnya sampai saya sendiri sulit memahami apa sebenarnya yang ingin disampaikan lewat film ini. Pada akhirnya yang saya tangkap hanyalah prinsip "the weak is meat, the strong do eat". Film ini sepertinya ingin mengatakan bahwa prinsip ngawur ini telah merusak kehidupan manusia dengan berbagai dampak negatifnya... berkali-kali... dalam rentang waktu yang sangat panjang seperti ditunjukan film ini.

Yang menarik dari film ini dan mampu membuat saya bertahan selama hampir 3 (tiga) jam menontonnya adalah karena film ini dibagi menjadi 6 (enam) cerita yang cukup menarik untuk diikuti. Terus terang saja, bila cerita-cerita ini dituangkan ke dalam 6 (enam) film berbeda, saya mungkin akan menonton beberapa film saja; tidak semua. Akan tetapi, setiap cerita di film ini memang memiliki pointer yang seolah-olah membentuk benang merah dalam kehidupan manusia dari abad 19 hingga jauh di masa depan.

Hal lain yang juga menarik --dan sepertinya unik-- dalam film ini adalah setiap cerita itu melibatkan aktor-aktor yang sama. Di sinilah ajang para make-up artist (crew) untuk membuktikan kebolehannya karena setiap aktor memiliki tampilan yang berbeda; sangat berbeda. Walaupun ada beberapa aktor, misalnya Tom Hanks, yang mudah dikenali di setiap cerita, ada aktor-aktor lain yang bahkan tidak saya kenali bila saya tidak melihat daftar cast-nya di IMDB.

Durasi yang ekstra lama tidak membuat film ini menjadi bertele-tele dan pada akhirnya membosankan. Selain itu, 6 (enam) cerita yang ada di dalam film ini pun pada dasarnya menarik. Secara keseluruhan, film ini sangat bisa dinikmati. Penikmat film ini pun bisa datang dari berbagai jenis audience karena 6 (enam) cerita dalam film ini datang dari berbagai genre film. Hanya saja tema yang diangkat terlalu kompleks, dan beberapa adegan terlalu blakblakan, membuat film ini tidak akan cocok untuk ditonton anak-anak.